Waktu itu aku lupa kapan aku melihatnya. Ketika aku sedang membuka sebuah situs jejaring sosial terkenal, aku membaca salah satu status juniorku (kalo menurut umur, dia seniorku alias lebih tua daripada aku). Aku lupa tulisan lengkapnya. Aku hanya ingat dia menuliskan disitu bahwa meskipun dia tidak punya sesuatu yang begitu dia banggakan dalam hidupnya, dia punya sebuah MIMPI, yang mungkin bagi orang itu adalah mimpi yang remeh namun baginya mimpi itu adalah sebuah mimpi yang luar biasa, yang membuat dia bangga menjadi dirinya sendiri. Aku sempat tercekat ketika membaca tulisan itu. Di dalam pikiranku ada suara bergumam ketika itu, "Iya ya. aku juga punya mimpi yang mungkin menurut orang remeh, tapi menurutku mimpi itu adalah penggerak langkahku."
Aku berpikir, apa benar mimpi yang aku punya adalah penggerak langkahku? Aku merasa, mimpipun tidak akan membuat kegelisahanku tentang kehidupan menghilang. Tapi aku tahu, ketika aku memejamkan mataku dan membayangkan mimpi itu terjadi, aku seperti hidup dalam duniaku yang SEBENARNYA, terlepas dari dunia yang kini kutempati. Aku merasa aku tidak perlu 'berbohong' lagi kepada diriku sendiri, yang kemudian melukai diriku sendiri. Ketika aku membayangkan mimpi itu, aku selalu merasa bersyukur kepada Tuhan karena masih memberikanku kehidupan agar aku bisa terus bermimpi dan meraih mimpi itu.
Mimpi ini diibaratkan sebagai energi psikis pada kepribadian menurut Freud. Energi psikis adalah energi yang menggerakkan kepribadian manusia. Mimpi ini sebagai energi kehidupanku. Dengan mimpilah aku masih bertahan untuk terus hidup di dunia yang keras ini. Berkali-kali aku jatuh, berkali-kali aku mengalami kesialan dalam hidup, berkali-kali mengalami cobaan dalam hidup, berkali-kali pula aku selalu ingin segera pergi dari kehidupan ini. Tapi berkali-kali juga aku bertahan untuk hidup karena aku punya mimpi yang belum kuwujudkan. Aku yakin, suatu saat mimpi itu akan bisa aku raih dengan kedua tanganku sendiri, sesulit apapun rintangan yang harus kuhadapi.
Terima kasih Tuhan. Engkau masih mau memberi hambaMu yang suka mengeluh ini kehidupan yang membuatku bisa tetap bermimpi dan berusaha meraih mimpi itu. Aku yakin, meski aku tidak memiliki sesuatu yang dapat kubanggakan kepada seluruh dunia, namun aku pasti dapat meraih mimpi-mimpi yang dapat membuatku mengatakan, "AKU BANGGA DENGAN DIRIKU SENDIRI!!"
Sunday, December 19, 2010
Wednesday, December 15, 2010
Meaning of Life (?)
23.50
Waktu telah menunjukkan hampir tengah malam. Aku yang sedang mengerjakan tugas Psikologi Perkembangan II (seperti biasa, tugas 'men-translate dan merangkum' yang selalu aku kerjakan setiap minggu, yang benar-benar sangat membosankan) tiba-tiba berniat untuk menulis sesuatu di dalam blog ini. Sebenarnya mata sudah mulai lelah, namun entah kenapa aku merasa nggak pantas untuk mengantuk.
Di laptopku terdapat sebuah aplikasi kecil untuk menunjukkan penghitungan mundur dalam hari suatu peristiwa penting. Di situ bertuliskan "78 Days until My 18th Birthday". 78 hari lagi, aku akan berusia 18 tahun. Tahukah kalian, bahwa menurut Erik Erikson, seorang pencetus teori Psikososial dalam Psikologi, usia 18 tahun adalah awal dari tahap Dewasa Awal, tahap kelima dari 8 tahap perkembangan menurut Erikson? Well, itu berarti 78 hari lagi aku akan meninggalkan masa remajaku dan mulai memasuki kehidupan orang dewasa. Jujur, aku belum siap untuk memasuki masa dewasa.
Kenapa aku bisa mengatakan aku belum siap? Dalam setiap tahap perkembangan menurut Erikson, akan selalu ada tugas-tugas Perkembangan yang harus dilalui oleh seseorang agar dapat melalui tahap yang selanjutnya dengan baik. Dalam tahap remaja --tahapku sekarang-- juga terdapat tugas Perkembangan yang seharusnya bisa kucapai agar aku bisa memasuki tahap Dewasa Awal dengan baik. Tugas perkembangan yang terpenting pasa tahap Remaja ini adalah mencari jati diri, identitas diri, dan segala hal yang berhubungan dengan itu. Jujur, aku belum menemukan jati diriku yang sebenarnya. Di usia 17 tahun ini, aku mengalami berbagai macam masalah yang membuat aku semakin tidak yakin siapa diriku sebenarnya. Aku terombang-ambing oleh perasaanku sendiri, dan aku semakin malas untuk melakukan hal-hal yang sebetulnya baik untukku tapi kuanggap hal itu sama sekali bertentangan dengan makna kesenangan dalam hidupku. Seperti aku yang diberikan kepercayaan untuk mengkoordinasi suatu kegiatan, aku merasa hal ini adalah beban mental untukku, dan hal itu menurutku sangat membuatku tidak bahagia. Meskipun aku tahu, orang-orang di sekitarku mempercayakan hal itu padaku, tapi mereka tidak tahu betapa labilnya hidupku gara-gara aku diberikan suatu tugas yang sama sekali tidak aku sukai. Setiap hari aku selalu merasa ingin segera 'kabur' dari semua tanggung jawab itu. Aku nggak ingin mengurusinya lagi, dan aku sama sekali tidak cocok melakukannya. Mungkin orang-orang itu tidak mengetahui, bahwa aku telah kehilangan sense of trust ke orang lain.
Sebagian besar dari diriku, telah kehilangan rasa percaya dengan orang lain. Karena berbagai masalah yang kuhadapi selama ini adalah tentang rusaknya kepercayaanku kepada orang-orang yang sangat aku percaya, aku benar-benar menjadi orang yang tidak percaya dengan orang lain. Bahkan dengan diri sendiripun terkadang aku tidak percaya. Sering aku memikirkan diriku yang seperti ini. Mau jadi apa aku nantinya bila aku seperti ini terus? Apakah aku akan menjadi orang yang tidak mau memenuhi kehidupanku sebagai manusia, seperti yang dikatakan Maslow? Apa aku akan menjadi orang yang tidak berguna, tidak bisa melakukan apa-apa hanya bisa bermalas-malasan saja? Apa makna kehidupan sebenarnya? Aku terus menerus memikirkan beribu-ribu pertanyaan semacam itu, dan sama sekali belum menemukan jawabannya. Aku merasa bahwa aku bukanlah manusia yang 'normal'.
Aku tidak yakin apakah aku bisa menyelesaikan tugas perkembanganku dengan baik dan bisa melaju ke tahap perkembangan yang selanjutnya dengan lancar. Aku hanya ingin, semoga segala langkah yang aku ambil dalam kehidupanku akan membawaku kepada makna kehidupan yang sebenarnya. Tanpa cinta, tanpa dukungan, tanpa kasih sayang, aku harus terus berjalan di dalam kehidupan dunia yang keras ini. Semoga Tuhan terus memberiku kekuatan agar aku bisa survive hidup di dunia ini, menemukan makna hidup yang sebenarnya, dan menjadi manusia yang seutuhnya, bukan hanya seonggok daging yang sekedar 'ada' dan berjalan tanpa tujuan....
Waktu telah menunjukkan hampir tengah malam. Aku yang sedang mengerjakan tugas Psikologi Perkembangan II (seperti biasa, tugas 'men-translate dan merangkum' yang selalu aku kerjakan setiap minggu, yang benar-benar sangat membosankan) tiba-tiba berniat untuk menulis sesuatu di dalam blog ini. Sebenarnya mata sudah mulai lelah, namun entah kenapa aku merasa nggak pantas untuk mengantuk.
Di laptopku terdapat sebuah aplikasi kecil untuk menunjukkan penghitungan mundur dalam hari suatu peristiwa penting. Di situ bertuliskan "78 Days until My 18th Birthday". 78 hari lagi, aku akan berusia 18 tahun. Tahukah kalian, bahwa menurut Erik Erikson, seorang pencetus teori Psikososial dalam Psikologi, usia 18 tahun adalah awal dari tahap Dewasa Awal, tahap kelima dari 8 tahap perkembangan menurut Erikson? Well, itu berarti 78 hari lagi aku akan meninggalkan masa remajaku dan mulai memasuki kehidupan orang dewasa. Jujur, aku belum siap untuk memasuki masa dewasa.
Kenapa aku bisa mengatakan aku belum siap? Dalam setiap tahap perkembangan menurut Erikson, akan selalu ada tugas-tugas Perkembangan yang harus dilalui oleh seseorang agar dapat melalui tahap yang selanjutnya dengan baik. Dalam tahap remaja --tahapku sekarang-- juga terdapat tugas Perkembangan yang seharusnya bisa kucapai agar aku bisa memasuki tahap Dewasa Awal dengan baik. Tugas perkembangan yang terpenting pasa tahap Remaja ini adalah mencari jati diri, identitas diri, dan segala hal yang berhubungan dengan itu. Jujur, aku belum menemukan jati diriku yang sebenarnya. Di usia 17 tahun ini, aku mengalami berbagai macam masalah yang membuat aku semakin tidak yakin siapa diriku sebenarnya. Aku terombang-ambing oleh perasaanku sendiri, dan aku semakin malas untuk melakukan hal-hal yang sebetulnya baik untukku tapi kuanggap hal itu sama sekali bertentangan dengan makna kesenangan dalam hidupku. Seperti aku yang diberikan kepercayaan untuk mengkoordinasi suatu kegiatan, aku merasa hal ini adalah beban mental untukku, dan hal itu menurutku sangat membuatku tidak bahagia. Meskipun aku tahu, orang-orang di sekitarku mempercayakan hal itu padaku, tapi mereka tidak tahu betapa labilnya hidupku gara-gara aku diberikan suatu tugas yang sama sekali tidak aku sukai. Setiap hari aku selalu merasa ingin segera 'kabur' dari semua tanggung jawab itu. Aku nggak ingin mengurusinya lagi, dan aku sama sekali tidak cocok melakukannya. Mungkin orang-orang itu tidak mengetahui, bahwa aku telah kehilangan sense of trust ke orang lain.
Sebagian besar dari diriku, telah kehilangan rasa percaya dengan orang lain. Karena berbagai masalah yang kuhadapi selama ini adalah tentang rusaknya kepercayaanku kepada orang-orang yang sangat aku percaya, aku benar-benar menjadi orang yang tidak percaya dengan orang lain. Bahkan dengan diri sendiripun terkadang aku tidak percaya. Sering aku memikirkan diriku yang seperti ini. Mau jadi apa aku nantinya bila aku seperti ini terus? Apakah aku akan menjadi orang yang tidak mau memenuhi kehidupanku sebagai manusia, seperti yang dikatakan Maslow? Apa aku akan menjadi orang yang tidak berguna, tidak bisa melakukan apa-apa hanya bisa bermalas-malasan saja? Apa makna kehidupan sebenarnya? Aku terus menerus memikirkan beribu-ribu pertanyaan semacam itu, dan sama sekali belum menemukan jawabannya. Aku merasa bahwa aku bukanlah manusia yang 'normal'.
Aku tidak yakin apakah aku bisa menyelesaikan tugas perkembanganku dengan baik dan bisa melaju ke tahap perkembangan yang selanjutnya dengan lancar. Aku hanya ingin, semoga segala langkah yang aku ambil dalam kehidupanku akan membawaku kepada makna kehidupan yang sebenarnya. Tanpa cinta, tanpa dukungan, tanpa kasih sayang, aku harus terus berjalan di dalam kehidupan dunia yang keras ini. Semoga Tuhan terus memberiku kekuatan agar aku bisa survive hidup di dunia ini, menemukan makna hidup yang sebenarnya, dan menjadi manusia yang seutuhnya, bukan hanya seonggok daging yang sekedar 'ada' dan berjalan tanpa tujuan....
Subscribe to:
Posts (Atom)