Saturday, June 18, 2011

The Pain Won't Go Away...

Malam ini ketika kubuka email-ku, aku baru menyadari sesuatu yang secara tidak sadar terlupakan. Sekarang bulan Juni. Well, sebenernya rada ga penting juga sih kalo enggak inget masalah sekarang bulan apa baru inget di tanggal-tanggal seginian, tapi begitu aku ingat bulan apa sekarang, rasa sakit di hati kembali menusuk.

Aku kembali teringat dengan masa itu, masa gembiraku yang berubah 180 derajat menjadi masa menyedihkan seperti berada di neraka. Mungkin tidak akan ada yang mengingat masa-masa itu, termasuk orang itu. Tapi aku, aku yang merasakan betapa sakitnya hati ini ketika itu terjadi, sehingga tidak akan pernah terlupakan.

Tanggal 9 Juni 2009, tanggalku jadian dengan seorang cowok. Aku yang saat itu ngerasa happy banget dengan munculnya my first boyfriend dan membayangkan kebahagiaan hidup ketika memiliki orang yang dicintai dengan sepenuh hati, akhirnya harus hancur berantakan dan aku merasa dipermalukan seumur hidupku oleh cowok brengsek itu. Salahku waktu itu adalah, aku terlalu memberikan perasaan cintaku seutuhnya kepada orang itu. Dan ketika dia mem-"buang"-ku dua bulan kemudian, runtuhlah semua kebahagiaanku, yang tersisa hanya rasa sakit dan marah yang masih tersisa di hati hingga sekarang. Aku selalu bertanya-tanya setiap hari bahkan ketika mendengar namanya di setiap detik, apa salahku waktu itu sehingga dia mencampakkanku begitu saja waktu itu, tanpa adanya perpisahan baik-baik dan tanpa kata "putus". He just left me, literally, without saying anything. Putus juga cuman lewat relationship Facebook, yang tiba-tiba ia mengganti relationship status-nya denganku menjadi tanpa ada tulisan relationship apapun. Itupun aku baru tahunya kejadian itu dari seorang teman yang memberi tahuku lewat SMS jam setengah 1 dini hari. Jadi ceritanya waktu itu, aku lagi ngantri giliran kontrol di dokter gigi jam 8 malam. Entah kenapa hari itu banyak orang datang, jadi sampai jam setengah 1 dini hari, aku baru mendapat giliran kontrol. Waktu menunggu, aku mendapat SMS dari temanku itu. "Dil, kamu udah putus ta sama si *****?" Aku hanya melongo membaca SMS itu, karena aku nggak ngerti maksudnya dia. "Ha? Maksudnya? Enggak kok." Kubalas seperti itu SMS-nya. Lalu dia membalas lagi. "Lho kok aku liat di home Fb-ku, kamu sama dia ended relationship gitu." Dengan panik kubukalah langsung Facebook lewat hape, dan ketika kubuka info profilku, ternyata bener relationship status-ku dengan dia udah ilang. Jujur aku kaget banget waktu itu. Dia nggak bisa kuajak ngobrol lagi dari sebulan sebelum kejadian itu, dan akhirnya secara sepihak dia mutusin aku cuman lewat relationship status Fb. Setelah itu aku mencoba menghubungi dia tapi nggak ada respon dari dia. Aku beneran rasanya pengen nangis aja tiap hari setelah kejadian itu. Aku punya perasaan yang tulus ke orang itu, tapi ternyata dia cuman mempermainkanku. Sumpah sakit banget kalo inget masa-masa itu, bahkan sekarang ketika aku menulis blog ini, rasanya aku pengen ketemu orang itu, menghajarnya habis-habisan sampai aku puas. But I can't do that, my head doesn't let me to do it. Yang bisa aku lakukan cuman merasakan rasa sakit yang tertahan di hati.

Yang paling kusesalkan adalah, bisa-bisanya sebulan setelah jadian dia mulai nggak menggubris SMS-ku, wall dan messages Fb-ku sama sekali, seakan-akan dia menghilang dari Bumi. Dan bodohnya lagi, akulah yang harus mengejar dia meskipun dia tetap saja tidak menggubrisku. Sebelumnya dia amat sangat baik kepadaku, kemudian setelah acara wisuda kelulusan SMA itu, dia mulai menghindariku dan melihatku seolah-olah bagai cewek gak berguna dan harus disingkirkan dari dalam hidupnya. Dia sama sekali nggak menghargai perasaanku. Aku bahkan harus nangis di depan teman-teman SMA setelah aku mencoba mengajaknya ngobrol ketika ketemu di sekolah setelah kelulusan dan dia dengan jelas-jelas menghindari aku. Sakit sumpah, rasanya aku dendam banget sama orang itu.

Yah, emang mungkin aku termasuk orang yang kolot. Aku berpikir bahwa, pacaran itu adalah hal yang harusnya serius untuk dijalani dan nggak boleh main-main. Tapi aku lupa bahwa tidak semua orang berpikiran seperti itu, bahkan ketika orang itu adalah cowok itu. Tapi ya mau gimana lagi, emang kepribadianku seperti ini. Aku orang yang jika sekali serius dengan seseorang, ya aku akan selalu serius dan tidak berpikir main-main. Kok ya ternyata aku dapetnya mantan yang heartless kayak orang itu gitu lho. Sekarang, aku harus berpikir beberapa kali ketika dekat dengan seseorang, takut mengalami kejadian itu lagi. Sekarang ketika aku sedang didekatin oleh seseorang, aku secara tidak sadar akan sedikit menjauh dari orang itu. Sulit rasanya untuk memberikan semua perasaanku kepada orang lain.

Sekarang aku sedang menyukai seseorang. Seniorku di kampus. Tapi seberapapun sukaku dengan seniorku itu, luka ini tidak akan pernah hilang dari hatiku, mungkin akan selamanya terasa sakit menusuk. Aku selalu takut untuk memulai segala sesuatunya, bahkan mencoba untuk mendekati seniorku itu saja aku takut, meskipun sudah didukung oleh banyak temanku di kampus. Sesuka-sukanya aku dengan seniorku itu, self-defense-ku akan selalu membentengiku untuk tidak mendekati cowok manapun, bahkan dengan orang yang kusuka sekarang. Tapi aku berharap, semoga seniorku ini adalah orang yang tepat untukku, karena dia tipe yang sangat berbeda dengan si cowok brengsek itu.


nb: Happy Birthday soon, Mr. Jerk-and-Heartless

Saturday, June 4, 2011

Lagi-lagi Begini....

Haaahh....aku lelah. Aku lelah berpura-pura menjadi orang yang tidak memiliki masalah apa-apa. Aku lelah tersenyum di depan orang lain, padahal di hati rasanya aku udah ingin pergi aja dari kehidupan ini. Aku lelah berbohong dengan orang lain. Aku lelah menjalani kehidupan yang palsu ini. Aku malas melakukan apa-apa lagi. Aku benci hidupku ini. Aku malas mengerjakan tugas kuliah, aku malas mengurusi kegiatan-kegiatan kampus, aku malas terus-terusan hidup seperti ini. Lama-lama aku bisa jadi gila, gila karena perasaan ini.

Aku sudah tidak peduli lagi. Aku tidak peduli jika tidak akan ada yang menyukaiku. Aku tidak peduli jika aku kehilangan teman-temanku. Aku ingin sendiri. Aku ingin menikmati hidupku ini sendiri. Aku tahu tidak ada yang bisa kunikmati dalam hidupku, tapi aku ingin tetap sendiri. Aku merasa sakit saat harus memikirkan masa depanku. Aku yang seperti ini, mana bisa menatap masa depan yang cerah? Aku lemah, aku tidak berguna, aku payah, aku pengecut, aku pemalas. Aku takut bertemu orang lain, aku takut berhadapan dengan orang lain. Aku bahkan takut bila harus mewawancarai orang untuk tugas. Padahal di Psikologi, tugasku nanti sampai akhir pasti berhubungan dengan wawancara. Aku yang penakut seperti ini, mana bisa aku lulus? Aku takut hidupku berantakan, tapi aku juga takut untuk maju dan tidak menyerah dalam menyelesaikan apapun. Aku takut. Aku takut. Aku ingin berubah, tapi tetap saja aku tidak bisa merubah diriku yang jelek ini. Aku lelah dikritik orang. Aku lelah diberi tugas-tugas dan amanah yang harus diselesaikan. Aku benci orang-orang yang membuatku seperti ini. Tapi aku juga tidak bisa membenci mereka, karena mereka tidak bersalah. Aku yang salah. Memang ada yang salah dalam hidupku, dalam hatiku, dalam kepribadianku. Apa aku sakit? Aku sakit apa ya Tuhan? Apa aku akan gila nantinya bila aku terus seperti ini??? Aku ingin punya kehidupan yang normal seperti orang lain ya Tuhan, kehidupan normal dimana aku tidak perlu mengkhawatirkan segala halnya secara berlebihan dan berpikir bahwa hidup ini indah serta tidak mengancam. Aku ingin kehidupan yang tenang, tidak ada ujian dan cobaan dari Tuhan. Aku egois, bukan? Ya, aku memang egois, aku memang tidak tahu diri, aku memang penakut. Tapi aku benar-benar sudah lelah hidup dengan tidak jelas seperti ini.

Aku ingin hidup dengan normal. Aku ingin aku bisa menghabiskan waktuku di luar rumah bersama teman-teman seperti orang lain. Setiap hari, duniaku hanya sebatas ruang kamarku. Ruang kamarku adalah duniaku, tempat aku menghabiskan sebagian besar waktu hidupku di dunia ini. Aku tidak punya teman di rumah. Orang tuaku adalah orang tua yang baik, namun mereka tidak pernah dekat kepadaku. Aku punya kakak, tapi aku juga tidak bisa dekat kepadanya, karena dia juga hidup di dunianya sendiri. Aku sendirian di rumah, tidak punya siapa-siapa untuk bercerita, menumpahkan segala perasaan yang ada sekarang ini. Aku takut lama-lama aku bisa gila dengan diriku yang seperti ini. Masuk Psikologi-pun tidak membuatku bertambah baik, tapi tambah bikin stress. Aku enggak peduli dengan cinta bertepuk sebelah tanganku di kampus dengan anak 2008 itu. Aku bukan orang yang tepat untuknya, aku sadar itu. Dia orang "normal", sementara aku tidak. Dia punya kehidupan yang baik, aku tidak ingin merusaknya. Aku jelek, tidak ada orang yang menyukaiku sebagai perempuan. Aku ingat saat aku dicampakkan oleh mantan pacarku dua tahun yang lalu, aku bukan perempuan yang cantik dan menyenangkan. Aku takut untuk jatuh cinta lagi, dan kuputuskan aku tidak akan mencintai orang 100% lagi seperti dulu. Aku takut untuk sakit lagi. Aku selalu saja bertepuk sebelah tangan dengan orang lain. Aku merasa hidup ini tidak berguna lagi. Aku akan pergi dari anak 2008 itu. Aku nggak akan berusaha mengejarnya lagi hingga aku harus mengikuti kegiatan yang tidak aku sukai hanya demi dia. Aku bodoh ya, seperti ini? Melakukan hal yg tidak kusukai cuman gara-gara pengen ngejar cowok.

Kumohon Tuhan, jangan sampai aku masuk UP3. Aku nggak mau berurusan lagi dengan orang itu. Aku sudah lelah mengejar cinta yang tidak akan pernah kudapatkan terus. Aku hanya ingin "sembuh" dari ketidakjelasan hidupku ini. Aku ingin jadi orang yang sukses nantinya, tidak stress seperti ini. Aku masih punya cita-cita yg harus kukejar. Tuhan, apa yang harus kulakukan? Sembuhkan aku ya Tuhan.....